Bismillah,
DIA terlalu biasa untuk ukuran gadis masa kini . . .
Penampilannya sederhana,
tidak ada yang menarik .
Kemeja dan rok serta
kerudung yang menutupi kepalanya adalah penampilan sehari-harinya setiap
beraktivitas sebagai mahasiswa. Disaat para wanita berjilbab sedang
gencar-gencarnya dengan hijabers yang memodifikasi bentuk jilbab dengan
bermacam-macam model, dia sepertinya tetap setia dengan model jilbabnya yang
biasa saja. Sesekali saya melihat dia berdandan tipis dan berpenampilan lebih
menarik saat diluar kampus.
DIA suka pantai . . .
Sepertinya jalan-jalan
adalah salah satu cara favoritnya untuk menghilangkan stress. Dan saya tahu
persis, dia suka pantai . Dia suka melihat laut, apalagi pasir putih. Tidak
heran sih, karena di daerah asalnya terhampar luas lautan dengan pasir putih
yang selalu jadi tempat persinggahannya untuk sekedar bersantai atau melepas
kepenatan dari rutinitas sekolah. Sekarang saat dia tinggal di Makassar,
katanya susah menemukan pantai yang berpasir putih. Setidaknya Losari bisa mengatasi kerinduannya akan
pantai. Dia paling suka suasana sunset. Katanya “romantis”, padahal menurutku
biasa-biasa saja. Entahlah, mungkin dia punya kesan tersendiri dengan sunset.
DIA sok kuat, padahal lemah . . .
Dia pribadi yang kuat, mungkin. Suka menyimpan masalahnya
sendiri. Selama ini dia tidak pernah membagi masalahnya dengan keluarga apalagi
kedua orang tuanya. Dia hanya mau berbagi dengan beberapa sahabatnya, dan saya
salah satunya.
Saya sangat sedih
mendengar percakapannya dengan ibunya melalui telepon, dia selalu menyatakan
sedang dalam keadaan “baik-baik saja”, padahal kenyataannya dia sedang
terbaring lemah dengan suhu tubuh yang lebih tinggi daripada biasanya.
Alasannya, dia tidak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir.
Masih teringat jelas di
benak saya saat dia mengeluh sakit di dadanya, sampai sulit bernafas. Saya
mengantarnya untuk memeriksakan kondisinya ke dokter di RS Wahidin, tapi
sungguh sangat mengejutkan, saat sedang menunggu di ruang tunggu, handphonenya
berdering lalu ia membaca sms yang masuk. Beberapa detik setelah itu, dia
mengajak untuk pulang. Lebih tepatnya, saya yang pulang ke kosan dan dia
kembali ke kampusnya. Kalau tidak salah ,waktu itu dia sedang ada MID semester.
DIA memang keras kepala . ..
Alhamdulillah keadaannya
membaik beberapa hari kemudian. Setelah dia meminum obat yang dia beli di
apotek secara rutin dan tidur tanpa menyalakan kipas angin, juga tidak mandi di
malam hari. Saya sampai capek sendiri memperingatkannya untuk tidak mandi di
malam hari, juga tidak menyalakan kipas angin yang mengarah tepat di atas
kepalanya dari malam sampai pagi. Dasar keras kepala, kadang-kadang masih
bandel juga.
Begitulah dia, keras
kepala dan susah dinasehati. Mungkin karena terbiasa di manja oleh orang
tuanya. Sejak kecil dia memang selalu dituruti setiap keinginnannya, tapi itu
tidak lantas membuatnya menjadi lupa diri dan suka meminta apapun yang ia mau.
Saya kadang-kadang heran dengan kegiatan “mengkalkulasi pengeluaran keuangan”
yang sering ia lakukan setiap ingin belanja atau setiap selesai membeli
sesuatu. Padahal menurut saya ia tidak perlu repot-repot melakukannya karena
rekeningnya selalu dicharge rutin setiap awal bulan. Kapanpun ia butuh,
langsung gesek saja kartu mungil berjudul ATM itu.
Saya salut padanya . Dia
sangat menghargai jerih payah kedua orang tua yang telah bekerja keras demi
untuk membiayai kuliahnya dan memfasilitasi kehidupannya yang sangat layak
selama di Makassar. Anak manja yang baru belajar mandiri. Lucu juga melihat
sikapnya yang kadang seperti anak-anak, dan kadang juga bisa bersikap layaknya
orang dewasa.
DIA benci sunyi disaat hujan . . .
Dia paling tidak suka
kesunyian ditengah hujan. Saya masih ingat kejadian malam itu ketika Makassar
sedang diguyur hujan deras. Dia menelpon saya dengan suara yang serak. Saya
tahu persis, dia sedang menangis. Lalu dia mengatakan bahwa tetangga kosannya yang
juga sahabatnya itu sedang pergi, artinya dia sendiri di tempatnya dan hujan
deras malam itu membuatnya berada dalam perasaan sunyi yang tidak mengenakan
hingga akhirnya memutuskan untuk menelpon saya . Sedikit hiburan melalui
telepon sudah membuatnya agak tenang. Tidak begitu susah untuk membujuknya
berhenti menangis.
DIA sosok yang penyayang . . .
Terlihat jelas dari tiap
tetes air mata yang jatuh di pelupuk matanya setiap kali bercerita mengenai
kerinduannya terhadap kedua orang tuanya.
Terlihat jelas dari
kekhawatirannya saat sahabat karibnya sedang dalam kesusahan.
Terlihat jelas dari raut
kesedihan mendalam saat ia memutuskan untuk berpisah dengan seseorang yang spesial
baginya. Aneh juga, padahal dia yang
meminta untuk berpisah, setelah diiyakan oleh orang itu, dia lalu menyesali
keputusannya dan menangis tersedu-sedu di bahuku . Dia sepertinya sangat
menyayangi orang itu. Saya ingin membuatnya kembali tapi ada sebuah alasan yang
ia lontarkan yang membuat saya juga menjadi kurang yakin untuk melancarkan niat
saya. Kehilangan kepercayaan membuatnya memutuskan untuk berhenti. Berhenti
menjadikan orang itu sebagai seseorang yang spesial. Semenjak hari itu, saya
jarang mendengar ia bercerita tentang cinta .
DIA, ternyata banyak yang menyukainya . . .
Tidak bermaksud lebay,
tapi memang begitulah kenyataannya.
Kadang saya harus
pura-pura tidak mendengarnya setiap ia meminta pendapat untuk membuat alasan
yang masuk akal ketika ia ingin menolak ajakan atau kunjungan dari mereka yang
menyukainya. Yang lebih menyebalkan adalah, saya kerap menjadi sasaran setiap
kali ada yang menelponnya dan ia sedang tidak ingin mengangkat telepon itu,
terpaksa saya yang harus bicara dan saya pula yang menanggung dosa karena membuat
alasan palsu. Dia tahu, saya cukup mahir dalam bersilat lidah. hehehe
Sebenarnya ada cara simpel
untuk mengetahui responnya pada pria. “SMS” , kalau dia lebih sering tidak
membalas atau lebih tepatnya tidak menggubris smsmu, itu artinya dia memang
tidak tertarik pada kamu dan secara tidak langsung ingin menyuruhmu untuk berhenti
mendekatinya. (tapi bisa juga karena lagi gak ada pulsa atau hpnya lowbat,
hehehe ;p ) . Nah lho?! Sms saja sudah ogah-ogahan , apalagi telepon?! Jangan
pernah berharap akan mendengar suaranya.
Tapi anehnya, banyak yang
tidak peka dengan hal ini. Sudah dicuekki, masih tetap gencar mendekati. Berkali-kali
ia menolak , sampai merasa tidak enak hati. Tapi itulah dia. Dia tidak ingin
menjalin hubungan hanya didasari rasa kasihan atau ajang coba-coba. Katanya,
“perasaan itu tidak bisa dipaksakan” . Dan memang betul , dia sangat
mengandalkan perasaan. Se-perfect aapapun yang ada di hadapannya tapi kalau
hatinya tidak mengiyakan, maka tetap saja ia akan menolak. Terkadang saya
merasa kalau dia sosok yang perfeksionis, mengharapkan sesuatu yang sesuai
keinginannya, tapi hal itu terbantahkan dengan sebuah kasus…
DIA suka dibuat deg-degan . . .
Sebuah kasus yang menurutku
aneh dan janggal (berasa alay -,- ). Disaat banyak yang mendekatinya dengan
beragam jurus, ada satu yang berhasil meruntuhkan pertahanannya (tambah alay).
Betapa beruntungnya seseorang itu karena ia mampu melunakkan hatinya. Sosok itu
ternyata bisa membuatnya kembali percaya, dan kembali belajar untuk menyayangi
.
“saya memilih seseorang yang
bisa membuat saya deg-degan setiap kali menatap matanya” .
Itulah kalimat yang sering
ia lontarkan setiap kali saya bertanya alasan ia menolak “lagi” pria yang baru
saja menyatakan perasaan padanya.
Mungkin dia sudah
menentukan pilihannya sendiri, tapi masih ingin menunggu waktu yang tepat.
"Ahh . . . saya jadi penasaran
pada sosok beruntung yang mampu menaklukkan hati gadis penggila warna pink itu ".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar