Minggu, 19 Januari 2014

" Tuhan, aku benar-benar ... ... "

sepasang mata itu...
bening dan meneduhkan
membuat hati terenyuh
susah lupa, susah hilang, bahkan tak mau beranjak dari pikiran...

kedua pundak itu...
kokoh dan nyaman
meski kata kedua tadi adalah prediksi semata.
betapa nyamannya bila dijadikan tempat untuk bersandar kala diri ingin mengeluh, mengadu dan berbagi suka duka.

kedua tangan itu...
lembut dan hangat.
lagi-lagi ini hanya sebuah prediksi.
imajinasi yang hanya bisa menerka-nerka.

jemari itu seolah mampu meluluhkan ego,
meredam amarah,
menghapus keresahan
jemari itu sepertinya mampu menghapus kesedihan,
mengusir ketakutan,
dan yang paling penting adalah
menandakan bahwa "ia selalu ada"

perjalanan yang jauh telah ditempuh,
tapi hingga saat ini belum terlihat garis finish.
seperti tak berujung.

lelah? iya
bosan? pernah
kecewa? sering

andai mulut bisa berucap,
andai ego mampu dikalahkan,
andai kegengsian itu bisa dimusnahkan,

harusnya ia tahu...

"Tuhan, aku benar-benar ......... "

mengapa sebuah pengakuan itu menjadi hal yang begitu sulit?

































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar