Selasa, 23 April 2013

Kemana Perginya sang Motivator?





 
02.00 AM

Sudah hampir pagi, tapi kedua mata belum  mau terpejam…kantung mata semakin membesar, efek kurang tidur beberapa bulan terakhir. Menjadi praktikan 2 Laboratorium sekaligus sungguh menyita waktu . Bukan cuma waktu tidur, juga waktu untuk bersantai. Bersantai? Ya tentu saja, bersantai itu perlu untuk menyegarkan batin dan pikiran. Bersantai seperti apa? paling sederhana itu berdiam diri di dalam kamar sambil mendengarkan alunan lagu favorit, Taylor Swift, NeYo, atau vierratale, dll. Kalau lagi tebal dompet, yaa paling suka nge-mall. Sekedar window shopping, liat-liat assesoris serba pink yang lucu-lucu, (cuma untuk dilihat ,tidak untuk dibeli), biasanya sih dilakukan di awal bulan. Atau yang paling simple dan paling sering adalah nonton tv dengan ditemani sebungkus silverqueen atau potato chips.

Tapi sejak semester 4, rasanya semua kebiasaan bersantai itu tidak pernah sempat untuk dilakukan. Benar-benar menyebalkan! Jenuh!

Layak diibaratkan seperti larutan jenuh yang sudah tidak bereaksi. Begitulah kondisiku sekarang. Mungkin kedengaran sedikit lebay yah., eh lebih tepatnya “terkesan” sedikit lebay.

Kejenuhan dapat berdampak pada semangat, semangat untuk kuliah tentunya. Ujung-ujungnya yang dibutuhkan adalah motivasi. Berhubung diri sendiri terlalu lelah untuk mencari motivasi yang diciptakan dengan sendirinya, maka timbulah keinginan untuk mencari motivasi dari luar sana. Sosok yang bernyawa misalnya, mungkin itu yang paling ampuh. Bandingkan saja, mana kira-kira lebih ampuh, membaca motivasi lewat akun twitter, atau mendengar langsung seseorang di depan kita memberi masukan dan kata-kata supernya yang bisa dijadikan motivasi?
Kalau saya lebih memilih pilihan kedua.

Saya tidak suka yang abstrak! Tidak jelas darimana sumbernya, tidak jelas apakah benar-benar pernah terjadi. Berbeda dengan motivasi dari seseorang yang sebagian besar mengambil contoh dari pengalaman pribadi yang pernah  ia alami atau orang terdekatnya. Saya bisa ikut berimajinasi dan masuk ke dalam maksud pembicaraannya. Tapi sayangnya, saya tidak menemukan sang motivator yang saya inginkan, atau “belum” dipertemukan dengan sang motivator itu.
Kelemahan yang hingga saat ini belum bisa saya perbaiki adalah “mudah merasa DOWN, cepat minder, kurang percaya diri dan kadang menjadi sosok yang sangat penakut”. Lengkap deh semua!  Satu paket dan saling berkesinambungan. Kalau sudah down, jadinya minder dan tidak pede lagi, akhirnya hal-hal sepele pun ditakuti. Begitulah masalah yang sering muncul. Dan hanya sedikit kasus yang berhasil ditaklukan, selain dari itu? mengalir bersama butiran-butiran air mata . Sudah segede ini, (19 tahun -____-“)..tapi masih saja cengeng. Oke kalau yang satu ini memang paling susah untuk dihilangkan. 

Mungkin bagi kebanyakan orang, mereka menganggap air mata sebagai tanda kelemahan. 
Tapi buat saya pribadi, dengan air mata saya justru bisa membangkitkan kekuatan dalam diri . membangun ketegaran, mencoba untuk berdiri lagi dan membuang semua kesedihan , kekecewaan, ataupun ketakutan bersama butiran air mata itu. Setelah puas menangis, rasanya lega. Dan bisa kembali bersikap normal seolah tak terjadi apa-apa.

Tapi akhir-ahir ini, rasanya terlalu berat untuk dihadapi sendiri. Rasanya saya butuh penopang, penyangga, atau apalah bahasanya… 

Mungkin terkesan “bergantung pada orang lain”, entahlah…saya juga tidak begitu mengerti mengapa sosok "motivator" adalah yang paling saya butuhkan saat ini…