01.00 AM
19 tahun yang lalu dia terlahir di dunia.
Hari
itu tepatnya tanggal 14 februari 1994
Lahirlah Putri
pertama di keluarga kecilnya,
Cucu
pertama di keluarga besarnya,
Karena
itu ia amat mendapat banyak perhatian dan kasih sayang.
Putri kecil itu tumbuh menjadi anak yang lincah dan aktif.
Tidak hanya di lingkungan
rumah, tapi juga di lingkungan sekolahnya. Dia sudah lancar membaca dan menulis
sejak masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Anak kecil usia 4 tahun itu
sangat suka menyanyi dan berlagak layaknya model catwalk. Ia suka tampil di
depan umum dan tidak canggung mengikuti lomba-lomba yang diadakan di sekolahnya.
Saat duduk dibangku sekolah dasar, umurnya
tergolong lebih muda. Usia 5 tahun ia sudah duduk di bangku kelas 1 SD, padahal
teman-teman sekelasnya lebih dominan yang berusia 6 dan 7 tahun. Tapi itu tidak
menjadi masalah baginya, karena dia selalu tampak percaya diri dibanding
lainnya.
Dia suka menari & menyanyi…
Dia sering mengikuti lomba menari bersama teman-temannya yang kebanyakan lebih tua darinya. Dia juga suka bernyanyi, suaranya lumayan bagus. Terbukti, dalam beberapa lomba menyanyi yang ia ikuti, ia menjadi juaranya. Tidak hanya itu, dia juga suka berjalan diatas panggung bak seorang model cilik. Ajang pentas cilik yang diadakan seantero sekolah dasar dikotanya, tak pernah absen ia ikuti. Semua karena mendapat dukungan dari mamanya, yang sepertinya sangat suka melihat anaknya menunjukkan bakat-bakatnya.
Putri kecil itu mulai beranjak ABG.
Memasuki bangku Sekolah
Menengah Pertama, ia memutuskan untuk mengenakan jilbab. Ia mulai mengalami
pasang surut semangat belajar. Ia mulai merasakan suka duka sebuah persahabatan
dan “cinta monyet” .
Otaknya lebih cepat
merespon kata-kata asing yang penulisan dan pengucapannya berbeda, dibanding
merespon rumus-rumus yang menurutnya bisa membuat urat sarafnya keriting
(hahahaha). Karena itulah,nilai matematika nya selalu standar, jarang mendapat
nilai ‘wah’ . Tapi dia tak pantang menyerah
untuk belajar. Semangat untuk menjadi yang terbaik selalu berkobar. Itu semua
berkat dorongan dari kedua orang tuanya.
Kecintaannya pada bahasa
Inggris memotivasinya untuk lebih mengasah kemampuan di bidang itu. Dia
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pidato bahasa inggris. Dia mengikuti lomba-lomba yang diadakan
se-Kabupaten, beberapa kali ia mendapat juara pertama dan akhirnya menjadi
wakil daerahnya di tingkat Provinsi.
Cinta monyet…
Dia mulai menyukai teman
sekelasnya yang menurut matanya “ganteng” . Entahlah apa yang ada di pikirannya
saat itu, padahal sebenarnya pria itu biasa-biasa saja. Tidak hanya itu, ia
juga mulai mengenal yang namanya “nge-fans” . Kalau yang ini ia rasakan pada
kakak kelasnya. Hahaha…dasar ababil ! Cepat berubah ubah perasaannya.
Lalu ia mulai gusar saat
teman-temannya sudah mulai pacaran . Hobinya adalah menginterogasi temannya
yang sudah punya pacar. Banyak hal yang ia tanyakan. Saking penasarannya
sampai-sampai sms dari pacar temannya sering menjadi objek ke-kepoannya.
Hahaha…
Parahnya hal itu terus
berlanjut sampai ia duduk di bangku SMA. Konsentrasinya kembali membaik. Lebih
fokus dan rajin dibanding sebelumnya. Wajar sih, fokus belajar karena masih awal-awalnya
masa putih abu-abu. Semangat meluap-luap dan sifat kekanakannya perlahan mulai
berkurang.
Dia beranjak dewasa…
Habis gelap terbitlah
terang.
Masa-masa sulit setelah
berpisah dengan sahabat-sahabatnya akhirnya mulai bisa ia atasi. Ia mendapat
suasana baru . Hal itu terjadi saat ia naik ke bangku kelas 2 SMA. Belajar dari
pengalaman, Ia mulai menghilangkan keegoisannya dan belajar memahami orang lain. Hasilnya, ia menemukan
sahabat yang terbaik, yang sampai detik ini masih tetap setia menjadi yang
terbaik.
Masalah persahabatan tidak
lagi menjadi penghalang keceriannya melewati masa-masa terakhir di SMA. Tapi
mulai muncul masalah baru yang lebih menguras batin dan emosi. Guess what?
“cinta”.
Rasa penasarannya akhirnya
terbayarkan. Dia telah menemukan sosok yang ia cari . Ia tidak perlu
bertanya-tanya pada temannya. Karena ia telah merasakannya sendiri.
Ohh…ternyata begini rasanya.
Itulah yang selalu muncul
dalam benaknya. Kisah cinta anak muda yang sarat dengan putus-nyambung . ahh
melelahkan. Tapi itulah seninya .
Satu tahun berlalu .
Terasa sangat singkat.
Masa putih abu-abu yang
penuh cerita itu akhirnya berakhir. L
Menjemput status baru sebagai “mahasiswi” …
Dia masih belum ada
bayangan akan mengambil jurusan apa untuk diperdalam di bangku perkuliahan.
Yang jelas waktu itu ia berkeinginan untuk kuliah di Jawa, tepatnya kota
Bandung . Entah dasar apa yang membuatnya terobsesi untuk belajar hidup
mandiri di kota Bandung. Tapi sayang,
orang tuanya tidak mengizinkan ia untuk berkuliah di luar Sulawesi. Itulah
resikonya menjadi anak tunggal. Sangat kecil kemungkinan untuk dilepas
jauh-jauh. (dilepas? Kesannya kayak ayam yah? Hhahha)
Dia sangat sedih dan
kecewa karena tidak diizinkan untuk merealisasikan impiannya. Tapi tak apalah,
yang penting kan masih bisa kuliah, begitu pikirnya setiap kali berusaha
menghibur diri.
Awalnya ia tidak pernah
berpikiran akan memilih Makassar, tetapi akhirnya takdir mengharuskannya.
Ayahnya pribadi yang keras, sulit untuk ditentang, dan ingin semua perintahnya
dituruti. Baiklah, Apa salahnya dicoba, kalau kata ustadz yang sering ceramah di
tv , restu orang tua insyaallah adalah restu Allah juga .:)
Ia mengikuti keinginan orang tuanya untuk
mengikuti seleksi masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Saat itu tidak
ada di benaknya untuk menolak karena ia pun masih ngambang dan tidak punya
pilihan sendiri. Sambil menunggu tes seleksi masuk STAN, ia memutuskan untuk mengikuti
SNMPTN . Pilihan pertamanya teknik pertambangan . Sampai saat ini ia sering
bersyukur tidak lulus di teknik pertambangan karena salah satu temannya yang
kuliah di jurusan tersebut terlihat begitu berat menjalani jurusan yang dominan
diminati para kaum adam itu.
Dan pilihan keduanya
adalah “kimia” . tidak pernah terbesit di pikirannya akan menjadi mahasiswa
jurusan kimia di Universitas Hasanuddin. Sudah bisa ditebak kan?
Ya dia lulus di pilihan
keduanya. Meski bukan itu yang ia harapkan, tapi ia sangat bersyukur karena
bisa lulus di universitas terbaik di Sulawesi
dengan hasil jerih payahnya sendiri. Puas !
Lalu tibalah saatnya
melihat pengumuman seleksi STAN . Pagi itu ia bangun lebih awal, berniat
membuka situs resmi yang memuat nama-nama peserta yang lolos seleksi. A … B ….
C… D… E…. sesuai abjad, pelan-pelan matanya mulai memperhatikan daftar
nama-nama itu dengan jantung yang berdebar-debar. Nervous!
Sampai di F ….
Belum ada, masih belum ada
dan yah… sudah di huruf G
Artinya : TIDAK LULUS!
Mulai kecewa, mata mulai terasa panas, satu detik dua detik dan akhirnya…butiran butiran bening itu menetes dikedua pipinya.
Rasa kecewa yang amat
mendalam ia rasakan sampai berhari-hari. Untunglah semangat dan dukungan dari
sahabat-sahabatnya dikampus senantiasa mengalir dan membuatnya menjadi lupa
akan kesedihannya. Mungkin memang belum rezeki ku . itu pikirnya.
Hari demi hari berlalu. Tidak terasa sudah semester 4. Kurang lebih 2 tahun ia jalani menjadi mahasiswi jurusan kimia Universitas Hasanuddin. Semangat yang naik turun masih saja menjadi masalah besar yang belum mampu ia hadapi. Krisis motivasi ! semoga dia bisa selalu kuat menghadapinya. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya, dan seiring dengan berjalannya waktu , ia pasti akan menemukan arti hidup yang sesungguhnya.
Hari demi hari berlalu. Tidak terasa sudah semester 4. Kurang lebih 2 tahun ia jalani menjadi mahasiswi jurusan kimia Universitas Hasanuddin. Semangat yang naik turun masih saja menjadi masalah besar yang belum mampu ia hadapi. Krisis motivasi ! semoga dia bisa selalu kuat menghadapinya. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya, dan seiring dengan berjalannya waktu , ia pasti akan menemukan arti hidup yang sesungguhnya.
Hari ini, tepat tanggal 14 februari 2013, ia genap berusia 19 tahun.
"Happy birthday" Faradilah
F. Karim
“ Berkurang lagi umurku. Berkurang lagi waktuku untuk membahagiakan kedua orang tuaku. Berkurang lagi waktuku untuk membahagiakan orang-orang yang aku sayangi. Terimakasih ya allah, engkau masih mengizinkanku untuk bernafas sampai detik ini. Terimakasih untuk semua yang telah engkau berikan selama 19 tahun aku hidup di dunia. Terimakasih karena hidupku begitu indah. semoga aku bisa lebih memaknai perjalanan hidupku selanjutnya. Menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab. Menjadi lebih dekat denganmu . menjadi anak yang berbakti dan membanggakan kedua orang tua. Menjadi sosok yang menyenangkan dan berguna untuk orang-orang di sekelilingku. Amin ya rabbal alamin “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar