Jumat, 22 Februari 2013

Sembilan Belas . . .

14 februari 2013
01.00 AM



19 tahun yang lalu dia terlahir di dunia.

Hari itu tepatnya tanggal 14 februari 1994
Lahirlah Putri pertama di keluarga kecilnya,
Cucu pertama di keluarga besarnya,
Karena itu ia amat mendapat banyak perhatian dan kasih sayang.

Putri kecil itu tumbuh menjadi anak yang lincah dan aktif.
Tidak hanya di lingkungan rumah, tapi juga di lingkungan sekolahnya. Dia sudah lancar membaca dan menulis sejak masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Anak kecil usia 4 tahun itu sangat suka menyanyi dan berlagak layaknya model catwalk. Ia suka tampil di depan umum dan tidak canggung mengikuti lomba-lomba yang diadakan di sekolahnya. Saat  duduk dibangku sekolah dasar, umurnya tergolong lebih muda. Usia 5 tahun ia sudah duduk di bangku kelas 1 SD, padahal teman-teman sekelasnya lebih dominan yang berusia 6 dan 7 tahun. Tapi itu tidak menjadi masalah baginya, karena dia selalu tampak percaya diri dibanding lainnya.

Dia suka menari & menyanyi…

Dia sering mengikuti lomba menari bersama teman-temannya yang kebanyakan lebih tua darinya. Dia juga suka bernyanyi, suaranya lumayan bagus. Terbukti, dalam beberapa lomba menyanyi yang ia ikuti, ia menjadi juaranya. Tidak hanya itu, dia juga suka berjalan diatas panggung bak seorang model cilik. Ajang pentas cilik yang diadakan seantero sekolah dasar dikotanya, tak pernah absen ia ikuti. Semua karena mendapat dukungan dari mamanya, yang sepertinya sangat suka melihat anaknya menunjukkan bakat-bakatnya.



Putri kecil itu mulai beranjak ABG.
Memasuki bangku Sekolah Menengah Pertama, ia memutuskan untuk mengenakan jilbab. Ia mulai mengalami pasang surut semangat belajar. Ia mulai merasakan suka duka sebuah persahabatan dan “cinta monyet” .

Dia suka pelajaran bahasa inggris dan sangat benci matematika!
Otaknya lebih cepat merespon kata-kata asing yang penulisan dan pengucapannya berbeda, dibanding merespon rumus-rumus yang menurutnya bisa membuat urat sarafnya keriting (hahahaha). Karena itulah,nilai matematika nya selalu standar, jarang mendapat nilai ‘wah’ .  Tapi dia tak pantang menyerah untuk belajar. Semangat untuk menjadi yang terbaik selalu berkobar. Itu semua berkat dorongan dari kedua orang tuanya.
Kecintaannya pada bahasa Inggris memotivasinya untuk lebih mengasah kemampuan di bidang itu. Dia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pidato bahasa inggris.  Dia mengikuti lomba-lomba yang diadakan se-Kabupaten, beberapa kali ia mendapat juara pertama dan akhirnya menjadi wakil daerahnya di tingkat Provinsi.

Cinta monyet…
Dia mulai menyukai teman sekelasnya yang menurut matanya “ganteng” . Entahlah apa yang ada di pikirannya saat itu, padahal sebenarnya pria itu biasa-biasa saja. Tidak hanya itu, ia juga mulai mengenal yang namanya “nge-fans” . Kalau yang ini ia rasakan pada kakak kelasnya. Hahaha…dasar ababil ! Cepat berubah ubah perasaannya.
Lalu ia mulai gusar saat teman-temannya sudah mulai pacaran . Hobinya adalah menginterogasi temannya yang sudah punya pacar. Banyak hal yang ia tanyakan. Saking penasarannya sampai-sampai sms dari pacar temannya sering menjadi objek ke-kepoannya. Hahaha…
Parahnya hal itu terus berlanjut sampai ia duduk di bangku SMA. Konsentrasinya kembali membaik. Lebih fokus dan rajin dibanding sebelumnya. Wajar sih, fokus belajar karena masih awal-awalnya masa putih abu-abu. Semangat meluap-luap dan sifat kekanakannya perlahan mulai berkurang.

Dia beranjak dewasa…
Suatu ketika, cobaan dalam persahabatan mulai mengusik hidupnya. Hal itu menguras batin dan pikirannya. Sahabat yang sangat akrab dengannya, yang telah merasakan suka duka selama beberapa tahun sejak mereka SMP, pada akhirnya pergi meninggalkannya. Entahlah, bagaimana cara yang tepat untuk membahasakannya. “Meninggalkan atau ditinggalkan”. Yang jelas sejak saat itu ia merasa sangat kesepian. Bagaimana tidak, dari sekian banyak teman yang ia miliki, beberapa orang itu sudah ia anggap lebih dari sekedar teman, bahkan sudah seperti saudara. Mungkin keegoisan yang masih belum bisa ia hilangkan menjadi alasan retaknya persahabatan itu. Ya, dia memang egois, hanya orang-orang yang benar benar mengenalnya yang bisa memahami hal itu, atau mungkin “hanya dirinya sendiri lah yang mampu mengerti” :’)

Habis gelap terbitlah terang.
Masa-masa sulit setelah berpisah dengan sahabat-sahabatnya akhirnya mulai bisa ia atasi. Ia mendapat suasana baru . Hal itu terjadi saat ia naik ke bangku kelas 2 SMA. Belajar dari pengalaman, Ia mulai menghilangkan keegoisannya dan belajar  memahami orang lain. Hasilnya, ia menemukan sahabat yang terbaik, yang sampai detik ini masih tetap setia menjadi yang terbaik.

Masalah persahabatan tidak lagi menjadi penghalang keceriannya melewati masa-masa terakhir di SMA. Tapi mulai muncul masalah baru yang lebih menguras batin dan emosi. Guess what?

“cinta”.
Rasa penasarannya akhirnya terbayarkan. Dia telah menemukan sosok yang ia cari . Ia tidak perlu bertanya-tanya pada temannya. Karena ia telah merasakannya sendiri.

Ohh…ternyata begini rasanya.
Itulah yang selalu muncul dalam benaknya. Kisah cinta anak muda yang sarat dengan putus-nyambung . ahh melelahkan. Tapi itulah seninya . 
Satu tahun berlalu . Terasa sangat singkat.
Masa putih abu-abu yang penuh cerita itu akhirnya berakhir. L

Menjemput status baru sebagai “mahasiswi” …
Dia masih belum ada bayangan akan mengambil jurusan apa untuk diperdalam di bangku perkuliahan. Yang jelas waktu itu ia berkeinginan untuk kuliah di Jawa, tepatnya kota Bandung . Entah dasar apa yang membuatnya terobsesi untuk belajar hidup mandiri  di kota Bandung. Tapi sayang, orang tuanya tidak mengizinkan ia untuk berkuliah di luar Sulawesi. Itulah resikonya menjadi anak tunggal. Sangat kecil kemungkinan untuk dilepas jauh-jauh. (dilepas? Kesannya kayak ayam yah? Hhahha)
Dia sangat sedih dan kecewa karena tidak diizinkan untuk merealisasikan impiannya. Tapi tak apalah, yang penting kan masih bisa kuliah, begitu pikirnya setiap kali berusaha menghibur diri.
Awalnya ia tidak pernah berpikiran akan memilih Makassar, tetapi akhirnya takdir mengharuskannya. Ayahnya pribadi yang keras, sulit untuk ditentang, dan ingin semua perintahnya dituruti. Baiklah, Apa salahnya dicoba, kalau kata ustadz yang sering ceramah di tv , restu orang tua insyaallah adalah restu Allah juga  .:)

Ia mengikuti keinginan orang tuanya untuk mengikuti seleksi masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Saat itu tidak ada di benaknya untuk menolak karena ia pun masih ngambang dan tidak punya pilihan sendiri. Sambil menunggu tes seleksi masuk STAN, ia memutuskan untuk mengikuti SNMPTN . Pilihan pertamanya teknik pertambangan . Sampai saat ini ia sering bersyukur tidak lulus di teknik pertambangan karena salah satu temannya yang kuliah di jurusan tersebut terlihat begitu berat menjalani jurusan yang dominan diminati para kaum adam itu.

Dan pilihan keduanya adalah “kimia” . tidak pernah terbesit di pikirannya akan menjadi mahasiswa jurusan kimia di Universitas Hasanuddin. Sudah bisa ditebak kan?
Ya dia lulus di pilihan keduanya. Meski bukan itu yang ia harapkan, tapi ia sangat bersyukur karena bisa lulus di universitas terbaik di Sulawesi  dengan hasil jerih payahnya sendiri. Puas !

Lalu tibalah saatnya melihat pengumuman seleksi STAN . Pagi itu ia bangun lebih awal, berniat membuka situs resmi yang memuat nama-nama peserta yang lolos seleksi. A … B …. C… D… E…. sesuai abjad, pelan-pelan matanya mulai memperhatikan daftar nama-nama itu dengan jantung yang berdebar-debar. Nervous!
Sampai di F ….
Belum ada, masih belum ada dan yah… sudah di huruf G
Artinya : TIDAK LULUS!

Mulai kecewa, mata mulai terasa panas, satu detik dua detik dan akhirnya…butiran butiran bening itu menetes dikedua pipinya.
Rasa kecewa yang amat mendalam ia rasakan sampai berhari-hari. Untunglah semangat dan dukungan dari sahabat-sahabatnya dikampus senantiasa mengalir dan membuatnya menjadi lupa akan kesedihannya. Mungkin memang belum rezeki ku . itu pikirnya.

Hari demi hari berlalu. Tidak terasa sudah semester 4. Kurang lebih 2 tahun ia jalani menjadi mahasiswi jurusan kimia Universitas Hasanuddin. Semangat yang naik turun masih saja menjadi masalah besar yang belum mampu ia hadapi. Krisis motivasi ! semoga dia bisa selalu kuat menghadapinya. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya, dan seiring dengan berjalannya waktu , ia pasti akan menemukan arti hidup yang sesungguhnya.

Hari ini, tepat tanggal 14 februari 2013, ia genap berusia 19 tahun.
"Happy birthday" Faradilah F. Karim 


“ Berkurang lagi umurku. Berkurang lagi waktuku untuk membahagiakan kedua orang tuaku. Berkurang lagi waktuku untuk membahagiakan orang-orang yang aku sayangi.  Terimakasih ya allah, engkau masih mengizinkanku untuk bernafas sampai detik ini. Terimakasih untuk semua yang telah engkau berikan selama 19 tahun aku hidup di dunia. Terimakasih karena hidupku begitu indah.  semoga aku bisa lebih memaknai perjalanan hidupku selanjutnya. Menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab. Menjadi lebih dekat denganmu . menjadi anak yang berbakti dan membanggakan kedua orang tua. Menjadi sosok yang menyenangkan dan berguna untuk orang-orang di sekelilingku. Amin ya rabbal alamin “




Tidak ada komentar:

Posting Komentar